Kursi Ketua DPRD Bone Milik Golkar

Posted by Andi Irwandi Natsir Kamis 0 komentar
WATAMPONE, CAKRAWALA – Setelah dilantiknya mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bone, H Ambo Dalle menjadi Wakil Bupati Bone, 18 April lalu, maka secara otomatis posisi Ketua Dewan Bone kosong, dan kini dijabat sementara oleh salah satu pimpinan Dewan.
Partai Golkar Bone sebagai pemenang pemilu pada pemilihan legislatif 2009 lalu, dengan jumlah perolehan kursi sebanyak 18, tentu memiliki hak prerogatif untuk mengajukan salah satu anggota fraksi golkar mengantikan kursi yang ditingalkan oleh mantan Ketua DPRD Bone, H Ambo Dalle.
Wakil ketua DPRD Bone, Andi Irwandi Natsir menjelaskan, kalau berdasarkan undang-undang pemilu, maka mekanisme pemilihan Ketua Dewan Bone hanya berlangsung di internal partai Golkar sebagai pemilik suara terbanyak di parlemen Bone. Jadi peluang menjadi Ketua Dewan adalah milik Golkar, partai lain tidak,”jelas politisi PAN Bone ini ketika dihubungi ponselnya, Kamis 25 April.
Irwandi yang kini maju menjadi caleg di Dapil VII (Provinsi Sulsel ) melanjutkan, setelah kandidat tersebut di sepakati oleh fraksi Golkar, maka diajukanlah nama itu kepada DPRD Bone untuk diproses, kemudian diajukan kepada Bupati Bone dan Gubernur dan selanjutnya dilantik menjadi Ketua Dewan Defenitif,” terang Irwandi.
Sementara itu, informasi yang diperoleh cakrawala, hanya 3 kandidat diinternal partai berlambang beringin ini yang bakal bertarung memperebutkan kursi Ketua Dewan Bone. Mereka adalah Akbar Yahya (Pelaksana Harian Ketua Golkar Bone), Fiman Batari (Sekretaris Golkar Bone), H.A Amin Mangunsara (Ketua Dewan Kehormatan DRPD Bone).
Wakil Sekretaris DPD II Partai Golkar Bone, A.Irwansyah mengatakan, penentuan siapa yang akan dijadikan sebagai calon Ketua DPRD Bone akan dibahas dalam rapat pengurus DPD II Golkar atau bukan ditentukan oleh fraksi Golkar.
“Sampai saat ini, belum ada agenda DPD II Golkar Bone untuk membahas hal itu, sekalipun rapat ini cukup penting untuk membicarakan,” kata Irwansa dibalik handphonenya. (kr4/mri)

(Sumber :http://cakrawalaberita.com/politik/kursi-ketua-dprd-bone-milik-golkar)
Read More..

Guru Pejuang di Sekolahnya yang Keropos

Posted by Andi Irwandi Natsir 1 komentar
Akh, dendam ini tidaklah bijak menurutku. Walaupun hanya seorang Bapa’ Aki saja yang memilihku ketika itu, tetap harus saya berjuang untuk pembangunan sekolah ini. Tidak ingin kujadikan ini sebagai interest politik, tetapi yang lebih penting, sekolah ini adalah tempat dimana anak-anak negeri menjadi terdidik. Minimal terdidik sepertiku yang hanya sampai pada level sarjana ini….
(Cerita ini kutuliskan dengan meminjam sosok A. Irwandi Natsir sebagai Tokoh AKU)



Bapa’ Aki, demikian saya memanggilnya. Nama lengkapnya Drs. M. Akib. Beliau adalah pamanku, salah satu guru berstatus Pegawai Negeri Sipil di desa, dimana kami bersaudara dibesarkan. Pamanku ini, juga salah satu dari hanya dua PNS teloran desa terpencil ini. Yakni Sekretaris Desa, yang di periode kemarin juga adalah sekretarisku. Sebagai mantan kepala desa, saya menghapal betul tingkatan pendidikan, pekerjaan, nama mereka dan bahkan nama semua anak-anak mereka di kampungku. Desa MattirowaliE, Kecamatan Bontocani, adalah palagan ilmu untuk belajar lebih sensitive terhadap rakyat.
Perawakannya yang kecil, pendek dan tubuh yang nampak membesi membuat saya sewaktu bocah dulu, sering meledek Pak Guru Aki ini, dengan panggilan paman bongsai. Ledekan yang kurang ajar,bagi bocah nakal seperti diriku dulu. Di teras rumah panggung keluarga kami, saya sudah bersiap-siap kembali berangkat ke Watampone. Pekerjaan menunggu dan konstituen di desa lain harus segera dikunjungi untuk silaturrahim usai lebaran. Berat rasanya meninggalkan handai taulan, tempat dimana hampir 90% suaraku mendominasi, pada pemilu Legislatif tahun 2009 kemarin. Bapa’ Aki, kemudian datang, celananya tergulung, terlihat bekas-bekas lumpur percikan jalanan yang berkubang. Dia baru datang dari Bune, desa tempat dimana dia saat ini mengabdi sebagai pendidik.

Maaf Nak, saya baru datang. Untung saya cepat, hampir saja saya tidak bertemu anakku (Dia memang selalu memanggilku anak)” ucapnya, lalu kusambut erat jabat tangannya sambil memeluk erat paman pahlawan tanpa tanda jasa ini. Sedikit berbasa-basi, Ia pun seolah tidak ingin mengganggu kesiapan berangkatku. Dalam kantongnya yang lusuh karena peluh dan lumpur. Ia mengeluarkan selembar foto. Kuperhatikan, dan akupun merasa terjewer. Dalam benak aku membatin, ini bukan sekolah tetapi seolah kandang kerbau. Dimanakan anggaran 20% untuk pendidikan dalam APBN itu, lalu mengapa aku tak tahu ada sekolah di wilayah kerjaku yang demikian memprihatinkan. Tidakkah ini pertanda aku tak memiliki kepedulian ?. Saya mencerca diriku, mencerca diri wakil rakyat ini yang mungkin akan menjadi pongah andai Bapa Aki tidak mengingatkan ku dengan selembar foto.

Di foto itu, terlihat bangunan sekolah yang dipotret dari bagian belakang gedung. Papannya berlubang-lubang keropos. Atap seng nya yang berkarat, dan beberapa penopang kayu agar gedung itu tidak runtuh dan menimpa murid, menurut Bapa Aki’ ada dalam ruangan. Kesan lewat foto itu, menambah miris hati ini melihatnya. Disinilah sekolah tempat pamanku mengajar di desa Bune, kecamatan Libureng, Bone. Beliau mengajar anak-anak itu dengan ikhlas, sambil berharap kelak diantara mereka akan ada yang mungkin jadi guru, polisi, tentara atau bahkan mungkin jadi Bupati. Haruskah Bapa’ Aki menunggu sampai muridnya menjadi Bupati, dan sekolah itu baru dibenahi ?. Tidak.


Saya harus melakukan sesuatu, minimal saya harus berjuang agar di biayai pembangunannya pada anggaran perubahan atau APBD pokok tahun 2011. Sambil meyakinkankannya bahwa saya akan berjuang namun tidak berjanji untuk pembangunannya, saya kemudian teringat sesuatu. Sesuatu yang serasa memicu dendam. Pasalnya, di Pemilu kemarin saya hanya mendapatkan sepuluh biji suara di desa itu. Bapa Aki yang seorang PNS, hanya mampu menggaet keluarga terdekatnya. Netralitas PNS mungkin Ia masih pegang teguh, dan tekanan dari pimpinannya untuk memilih calon tertentu membuatnya tertekan. Akh, Tekanan ala Orba, memang masih menakuti PNS, walau reformasi telah menggerusnya “Apa daya, cukuplah saya yang memilih keponakanku, jikalau memang tidak ada yang mau memilihnya. “ katanya ketika musim kampanye kemarin.

Akh, dendam ini tidaklah bijak menurutku. Walaupun hanya seorang Bapa’ Aki saja yang memilihku ketika itu, tetap harus saya berjuang untuk pembangunan sekolah ini. Tidak ingin kujadikan ini sebagai interest politik, tetapi yang lebih penting, sekolah ini adalah tempat dimana anak-anak negeri menjadi terdidik. Minimal terdidik sepertiku yang hanya sampai pada level sarjana ini. Sebenarnya saya juga bingung, mengapa Dinas Pendidikan Kabupaten Bone sibuk merehabilitasi sekolah yang masih layak, sementara instansi itu justru mengabaikan sekolah yang hampir ambruk ini. Saya tahu betul, bahwa dinas yang paling banyak anggarannya adalah dinas pendidikan.

Menurut kabar, kondisi sekolah seperti ini, masih banyak tersebar di kecamatan-kecamatan lainnya. Memang harus dipahami bahwa defisit anggaran yang kini melanda keuangan Pemda Bone sulit untuk merealisasikan rehabilitasi sekolah itu dengan segera. Jikapun itu tidak bisa, dalam hati saya berkomitmen untuk mengurus dana rehabilitasi ini walau sampai ke Jakarta. Biro perencanaan ataupun Badan Anggaran DPR RI katanya, bisa diurus untuk hal-hal seperti ini. Semoga urusan di DPR jalannya mulus kesana, tidak becek dan licin. Sebagai mantan kontraktor yang kadang mengerjakan proyek jalanan. Saya sering diingatkan, tetapi nurani menentang untuk melakukannya “kalau jalanannya basah, pasti licin. Kalau ternyata buntu harus diperlicin”. Nah, Lho !?


———————-
Sekali lagi, tokoh “Saya/Aku” disini, bukan saya, tetapi Sang Legislator dalam posenya di bawah ini, saya hanya menjadikan sosoknya dalam kisahku, setelah memohon ijin.

 Penulis Andi Harianto. Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar. Setiap orang adalah guru ku dan setiap tempat adalah sekolahku Sebagian tentang saya, ada di http://bungarung.blogspot.com/
 (Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/16/guru-pejuang-di-sekolahnya-yang-keropos-291697.html)
Read More..

Menghidupkan Partai, Menjadi Partai yang Hidup

Posted by Andi Irwandi Natsir 0 komentar
Dalam setiap perhelatan kita sering mendengar yel-yel: Kader….. serentak menjawab siap…. PAN ! serentak menjawab: Menang….Hatta Rajasa…… lalu serentak menjawab Presiden, dan selanjutnya kita juga teriak bersama-sama: Hidup PAN! Hidup PAN! Hidup Hatta Rajasa….!.Hidup Amien Rais….! Dan sebagainya….

Selintas yel-yel itu gemanya, juga energi teriakannya akan mengangkat semangat kita memacu kita untuk bergerak seperti yang kita teriakan. Kebiasaan mengkonsolidasikan semangat dan keyakinan dengan teriakan tersebut sebenarnya sudah bermula sejak jaman kerajaan-kerajaan kuno dahulu kala atau mungkin jauh lebih tua dari yang kita ketahui…..

Tapi pernahkah kita bertanya kenapa mesti demikian? Kadang latah membuat apa yang kita teriakan menjadi sesuatu yang tak lagi menimbulkan getaran jiwa yang dapat mengendapkan suatu semangat dan cita-cita sesuai teriakkan yang menggema itu.
Marilah kita mulai dengan pemikiran yang sederhana tentang judul tulisan ini: Menghidupkan Partai.
Apa mungkin kita menghidupkannya? Dengan apa? Bagaimana?.
Baik Saudaraku. Kata sederhana Menghidupkan partai kita ambil perumpamaan terhadap usaha kita menghidupkan api atau membuat api dari gesekan dua benda kering….

Maka munculah api yang dapat membakar. Ilustrasi membuat/menghidupkan api bila kita bawa kedalam pemikiran sederhana menghidupkan Partai berarti kita perlu ada gesekan, ada interaksi antar berbagai elemen untuk menghangatkan suasana. Apakah suasana itu terkait dengan fisik: suatu kemeriahan aktifitas ataupun kesemarakan gagasan yang sengaja muncul untuk digesekan/didiskusikan menjadi bara gagasan yang menghangatkan bahkan mampu membakar menuju cita-cita yang besar.

Sudah lama kita merasakan tak ada lagi kita menghidupkan partai ini…partai ini kering dengan gesekkan yang memanaskan juga membarakan gagasan-gagasan besar yang pernah kita sumbangkan pada negeri ini. Bukankah ketika kita ber-Partai kita sedang juga merenda suatu cita-cita bersama membangun peradaban yang beradap.

Saya ingin mengingatkan bahwa setiap kata yang terangkai dalam kalimat-kalimat di seluruh naskah platform PAN itu adalah gelora idealisme yang berhimpit dengan cita-cita mendirikan Negara besar yang bernama Indonesia. Saya pernah menemukan kata-kata ini dari Hatta Rajasa melalui sms yang dikirim pada pertengahan 2006: It’s culture not politics which determine the success of the country. Saya tidak tahu kata-kata itu empunya siapa… Namun menurut saya itu patut menjadi pegangan kita ketika melangkah dan bertindak sebagai kader Partai.
It’s culture not politics which determine the success of the country: Saudaraku, BUDAYA! bukan politik yang menjadi determinasi (daya dorong,daya dobrak yang tinggi) atas suksesnya sebuah Negara. Budaya yang baik, budaya yang unggul dari suatu bangsa akan mendorong negaranya sukses. Begitu juga dengan PAN. Apa budaya kita? Tindakan apa yang pernah kita lakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan Partai sebagai organisasi yang bisa di claim sebagai budaya?

Adakah kita telah melakukan suatu tindakan yang bernilai, sekecil apapun yang bisa dikatakan sebagai cirikhas/originilnya orang PAN? Dalam forum-forum yang sederhana saya sering menggugah dengan pertanyaan-pertanyaan: Apakah hari ini kita sudah memasang panji-panji partai kita dengan rapi dan teratur? Apakah hari ini kita telah berpakaian rapi yang membuat orang tertarik dengan kerapian kita?

Apakah hari ini kita telah menyapa sahabat kita, bicara dengan mereka dalam kata-kata yang penuh kesopanan dan membangkitkan semangat? Apakah hari ini kita telah membagi semangat/pengalaman atau apa pun yang kita punya kepada kerabat, tetangga dekat kita? Apakah hari ini kita telah datang ke sebuah undangan rapat dengan tepat waktu?…..

Saudaraku menghidupkan partai adalah melakukan hal kecil, remeh temeh yang bisa memperbanyak tabungan budaya Partai ini. Kembali pada menghidupkan partai dengan perumpamaan gesekan benda untuk mendapatkan api: gesekan gagasan, perlombaan karya fisik yang tentu memiliki aspek kreatif dibandingkan dengan Partai lain yang dapat menjadi gelora,… hidup sekaligus memompa daya hidup. Itulah menghidupkan partai.

Menjadi (kader) Partai yang hidup….sebenarnya kata lain: the living platform…. Kita harus terus menggali diri kita sebagai kader partai untuk menjadi penampakan dari suatu cita-cita partai yang telah tertuang di dalam platform Partai. Platform partai adalah keadaan yang maha ideal yang menjadi rujukan kita bertindak, tak mungkin kita menjadi kader sesempurna yang tersurat maupun tersirat sesuai platform. Marilah kita ambil bagian yang mampu kita pahamkan, lakukan untuk menjadi prototype sebagian kecil dari orang PAN yang termaktub dalam cita-cita Partai.

 Bila setiap kita mampu mengambil satu persatu dari nilai-nilai perjuangan partai dan kita lekatkan dalam setiap langkah dan perjuangan kita maka kumpulan orang-orang yang menempuh usaha seperti yang saya katakan akan menjadi Partai yang hidup. Dimana masyarakat tak lagi harus membaca apa platform PAN? Apa cita-cita yang hendak dicapai PAN bersama rakyat Indonesia? Cukup “membaca” langkah para kadernya…..
Saudaraku, kita masih memiliki beribu kesempatan memperbaiki yang rusak dan meluruskan yang bengkok dari yang kita hadapi. Tebar terus kesadaran kepada sekeliling bahwa tujuan berpartai bukanlah semata mengejar kemenangan yang hanya berarti kekuasaan. Kemenangan dalam makna yang luas itu sangat dahsyat…

 kemenangan atas idealisme, kemenangan gagasan, kemenangan keyakinan, kemenangan atas kebenaran…..dan semua yang bisa disebut dengan kemenangan itu hanya bisa kita dapat apabila ada perlombaan, ada pertarungan. Ayo Saudaraku kita bertarung dengan sekuat apapun yang melekat di dalam jiwa dan badan kita untuk mencapai kemenangan itu.


Tak akan ada kemenangan tanpa pertarungan, tak akan ada pertarungan tanpa suatu perlombaan untuk mencapai kebaikan dan kebajikan. Kita bersama mesti ciptakan ruang-ruang pertarungan untuk bisa memungkinkan partai ini memberikan andil dalam menguatkan budaya bangsa……. (A.S. Muhara)

(Sumber :  http://pan.or.id/2013/04/01/menghidupkan-partai-menjadi-partai-yang-hidup/)
Read More..

Pembentukan DOB Bonsel Akan dibahas di DPR RI

Posted by Andi Irwandi Natsir Senin 1 komentar
WATAMPONE,--Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang diperjuangkan sejumlah tokoh masyarakat dan warga di beberapa kecamatan Bone bagian Selatan akan segera terwujud. Hal itu setelah, masuknya surat dari Forum Pemekaran Bone Selatan (FPBS) yang sudah disposisi Ketua DPR RI, Marzuki Alie, ke Komisi III DPR RI untuk dilakukan pembahasan.

Salah satu anggota FPBS, Andi Baharuddin Patong, Rabu, 28 November, mengatakan, perjuangan sejumlah tokoh masyarakat dan FPBS dalam memperjuangkan pembentukan DOB Bone Selatan itu akan dibahas Komisi III DPR RI.

Menurut dia, surat terkait pembentukan DOB Bonsel dari FPBS sudah diterima oleh Ketua DPR RI dan disposisi untuk dilanjutkan pembahasannya di Komisi III DPR RI.

Menurutnya, keinginan masyarakat di sejumlah kecamatan yang ada di bagian Selatan untuk membentuk DOB, dilandasi agar nantinya DOB Bone Selatan (Bonsel) menjadi daerah baru agar sejumlah kecamatan di Bonsel mendapatkan perbaikan yang lebih baik, pelayanan, serta kesejahteraan masyarakat bisa terpenuhi.

Dia berharap, agar masyarakat di Bonsel tetap bersatu dalam menentukan pemimpin di Bone ke depan yang mau membantu dalam merealisasikan terwujudnya DOB Bonsel.


Plt Ketua DPRD Bone, Andi Irwandi Natsir mengatakan, pembentukan DOB Bonsel itu, sudah lama diperjuangkan masyarakat, dan semoga pembahasan di Komisi III DPR RI dapat dipercepat. Apalagi, pembentukan DOB Bonsel ini sudah mendapatkan respon tak hanya DPRD Bone saja, akan tetapi Pemkab Bone dan Pemprov Sulsel.

Irwandi berharap, agar pembentukan DOB Bonsel tetap dikawal oleh masyarakat. Apalagi, pemekaran sejumlah kecamatan yang ada di bagian Selatan, seperti itu sudah memenuhi syarat untuk menjadi usulan DOB.

Dia mengatakan, sejumlah kecamatan di Kabupaten Bone, yang akan diusulkan untu dimekarkan menjadi DOB Kabupaten Bone Selatan (Bonsel), yaitu Kecamatan Bontocani, Kahu, Salomekko, Patimpeng, Kajuara, dan Kecamatan Libureng. "Dari hasil kajian kelayakan ditunjuk Kecamatan Kahu menjadi ibu kota kabupaten pada Daerah Otonomi Baru (DOB) tersebut,"katanya. 



Read More..

Ketua BK DPRD Bone : Serahkan Ke Proses Hukum

Posted by Andi Irwandi Natsir 0 komentar
WATAMPONE,-- Pimpinan DPRD dan Badan Kehormatan (BK) DPRD Bone, menyerahkan ke proses hukum terhadap penetapan tersangka salah seorang anggota DPRD Bone, Achmad Sugianto oleh Kejari Watampone, terkait kasus kredit fiktif proyek rehabilitasi gedung RSUD Tenriawaru, yang merugikan Bank Sulsel Cabang Bone sebesar Rp2 miliar.

"Kami menyerahkannya ke proses hukum yang sedang berjalan," ungkap Wakil Ketua DPRD Bone, Andi Irwandi Natsir, saat dikonfirmasi Rabu,1 Mei. (eds)


(Sumber : http://www.fajar.co.id/read-20130501165307-ketua-bk-dprd-bone--serahkan-ke-proses-hukum)
Read More..